cursor

NAMA


Click here for Myspace Layouts

selamat datang di blog dini

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured post 2 title

Kegagalan biasanya merupakan langkah awal menuju sukses, tapi sukses itu sendiri sesungguhnya baru merupakan jalan tak berketentuan menuju puncak sukses.

This is default featured post 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

selamat datang di blog dini

Tempat untuk berbahagia itu di sini. Waktu untuk berbahagia itu kini. Cara untuk berbahagia ialah dengan membuat orang lain berbahagia..

This is default featured post 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

Jumat, 29 April 2011

Sistem Pembelajaran jarak jauh dari kelopok kami UNBARA a.4.7


BAB I
PENDAHULUAN

A.     Latar Belakang
Perngembangan suatu sistem pembelajaran jarak jauh (PJJ) pada dasarnya merupakan kebutuhan.  Sistem pembelajaran jarak jauh adalah suatu keseluruhan proses pendidikan dan penelitian yang diselenggarakan dalam bentuk pengajaran modular dalam satuan waktu tertentu dengan bimbingan dan pembinaan oleh tenaga profesional yang bertujuan untuk meningkatkan mutu kemampuan ketenagaan dalam bidang tertentu.

Program pembelajaran jarak jauh diselenggarakan dalam jangka satuan waktu tertentu. Jumlah waktu dan alokasi waktu disediakan sesuaikan dengan banyaknya modul yang menuntut urutan kegiatan pembelajaran atas sejumlah materi belajar.

Sepanjang pelaksanaan program pembelajaran jarak jauh, dilakukan bimbingan dan pembinaan bagi para peserta. Kegiatan pembbimbingan dan pembinaan tersebut dilakukan dalam sistem tutorial, pelaksanaan tutorial terdiri atas tenaga-tenaga profesional yang telah memiliki keahlian dalam bidang tertentu disamping pengalaman kerja yang cukup memadai.


B.     Identifikasi masalah
Dari latar belakang yang telah dikemukakan diatas, maka diidentifikasi berbagai masalah, antara lain :
1.      Masih banyak yang meragukan baiknya sistem pembelajaran jarak jauh
2.      Sistem pembelajaran jarak jauh masih jarang digunakan di lembaga-leembaga pendidikan di Indonesia
3.      Sistem pembelajaran jarak jauh dianggap kurang efektif

C.     Batasan masalah
Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah, agar penguraian makalah lebih terarah dan terfokus maka penulis batasi pada point dari identifikasi massalah diatas yaitu :  3. Sistem pembelajaran jarak jauh dianggap kurang efektif.

D.    Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang diatas yang telah diuraikan maka dapat dirumuskan masalah yang akan saya kaji dalam makalah ini adalah sistem pembelajaran jarak jauh masih dianggap oleh sebagian orang cenderung kurang efektif, hal itu karna sebagian orang itu belum terbiasa menggunakan sistem pembelajaran tersebut.


E.     Tujuan
Berdasarkan latar belakang didapat tujuan yaitu mendiskripsikan tentang kesulitan-kesulitan yang dihadapi dalam memecahkan masalah sistem pembelajaran jarak jauh

F.      Batasan istilah



BAB II
Kajian Teori


BAB III
Metode Penulisan / Penelitian
Metode penelitian yang kami digunakan pada karya ilmiah Sistem Pembelajaran Jarak Jauh ini yaitu menggunakan metode Library Research (Penelitian Kepustakaan) dimana kami menggunakan sumber-sumber bahan sebagai berikut :
Buku Sistem pembelajaran Jarak Jauh dan Pembinaan Ketenagaan yang dikarang oleh Dr. Oemar Hamalik yang diterbitkan oleh Trigenda Karya, dan sumber-sumber dari dunia maya.
Dari sumber yang kami dapat kami dapat menyimpulkan bahwa strategi pembelajaran jarak jauh




BAB IV
Pembahsan
            Dewasa ini semakin bertambah banyak jumlah perguruan tinggi di berbagai negara yang menyajikan materi perkuliahan secara elektronik, baik sebagai pelengkap maupun pengganti pembelajaran tatap muka. Beberapa perguruan tinggi menyelenggarakan kegiatan pembelajaran elektronik sebagai suplemen (tambahan) terhadap materi pelajaran yang disajikan secara reguler di kelas (Wildavsky, 2001; Lewis, 2002). Namun, beberapa perguruan tinggi lainnya menyelenggarakan e-learning sebagai alternatif bagi mahasiswa yang karena satu dan lain hal berhalangan mengikuti perkuliahan secara tatap muka. Dalam kaitan ini, e-Learning berfungsi sebagai option (pilihan) bagi mahasiswa.
            Beberapa perguruan tinggi di luar negeri, misalnya Kanada, telah menjadikan pembelajaran elektronik sebagai salah satu alternatif pembelajaran yang dapat dipilih oleh mahasiswa. Artinya, seluruh kegiatan perkuliahan diikuti oleh mahasiswa melalui pemanfaatan internet, mulai dari pendaftaran diri untuk mengikuti kuliah, konsultasi akademik, penyelesaian tugas-tugas dan penyerahannya, sampai dengan evaluasi kegiatan belajar mahasiswa. Dengan demikian, mahasiswa dapat memilih apakah akan mengikuti kegiatan kuliah secara tatap muka, atau secara online, atau perpaduan keduanya. Masing-masing pilihan ini dihargai sama secara akademik.

BAB V
Penutup
A.     Kesipulan
B.     Saran

Menggabungkan Ms. Office 2007 dengan Office 2003


 
Tentu anda merasa risih bahkan kesal karena microsoft word 2003 anda tidak dapat berdampingan dengan microsoft word 2007. Ada trik untuk mengakalinya supaya word 2007 dapat digunakan dalam satu system dengan word 2003.
Buka regedit dengan cara klik start>run ketik regedit trus enter.
Masuk ke HKCU > Software > Microsoft> Office > 11.0 > Word >Options, Terus pada kolom sebelah kanan Klik Kanan > New> DWORD. Ketikkan NoReReg. Ubah nilainya dari 0 ke 1.
Dengan langkah yang sama, Masuk ke HKCU > Software > Microsoft> Office > 12.0 > Word >Options, Terus pada kolom sebelah kanan Klik Kanan > New> DWORD. Ketikkan NoReReg. Ubah nilainya dari 0 ke 1.
Sekarang coba jalankan word 2003, trus close. Jalankan word 2007. Bisa berjalan lancar bukan?? He2…



Menggunakan Office 2003 dan Office 2007 Sekaligus dalam Satu Sistem Windows

Tulisan ini juga merupakan jawaban atas pertanyaan beberapa guru setelah selesai melakukan presentasi tentang Office 2007 di Cianjur. Pertanyaannya adalah “Bisakah kita menggunakan Office 2003 dan Office 2007 sekaligus secara berdampingan dalam satu sistem Windows ?”

Jawabannya tentu saja bisa. Caranya sebagai berikut ini.

Install Microsoft Office 2003 seperti biasa, setelah selesai berikutnya tinggal install Microsoft Office 2007. Pada tahapan instalasi Office 2007 ini ada beberapa hal yang harus diperhatikan.

Setelah memasukan CD-Key, pada tahapan Choose the installation you want pilih Customize. Jangan pilih Upgrade karena pilihan ini akan menimpa semua instalasi Office 2003.. !!.

image

Pada layar berikutnya, pilih tab Upgrade. DIsini ada 3 pilihan yang tersedia, tentunya kita harus memilih Keep all previous versions.

image

Pilih tab File Location untuk menentukan lokasi hasil instalasi. Sebetulnya ini tidak perlu dirubah, hanya saja disarankan untuk menggunakan folder yang berbeda untuk mencegah konflik yang mungkin saja terjadi. Sebagai contoh, disini saya membuat folder Microsoft Office 2007.

image

Bagian Installation Options adalah pemilihan aplikasi saja yang akan kita install, tentunya ini disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing pengguna.

Lanjutkan proses instalasi ini dengan menekan tombol Install Now. Tunggu beberapa saat hingga proses instalasi selesai dan (sebaiknya) Windows di-restart dulu.

Tahapan terakhir adalah menambahkan beberapa entri pada Registry agar kedua versi Office ini dapat berjalan berdampingan. Caranya sangat mudah, tinggal jalankan Run pada Windows atau bisa juga dengan tombol shortcut Windows + R.

Pada kotak dialog Run yang muncul, ketikan perintah berikut ini:

    reg add HKCU\Software\Microsoft\Office\11.0\Word\Options /v NoReReg /t REG_DWORD /d 1

Tekan Enter lalu ketikan lagi perintah berikut ini:

    reg add HKCU\Software\Microsoft\Office\12.0\Word\Options /v NoReReg /t REG_DWORD /d 1

Enter dan restart kembali Windows.

Sampai tahap ini kita sudah dapat menggunakan kedua versi Office, baik Office 2003 maupun Office 2007 secara berdampingan dalam satu Windows.

image

Demikian dan mudah-mudahan tulisan singkat ini ada gunanya.

Kamis, 21 April 2011

Strategi Guru Mendisiplinkan Siswa Dalam Proses Pembelajaran

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan dalam lingkungan sekolah dimaksudkan untuk mewujudkan fungsi dan tujuan pendidikan nasional sebagaimana ditegaskan dalam Undang-Undang RI No.20 Tahun 2003 pasal 3 (2003:5) tentang system pendidikan Nasional, bahwa:

Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa berakhlak mulia, berilmu cakap kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab.

Menelaah fungsi dan tujuan pendidikan nasional diatas, jelas bahwa pendidikan mempunyai peranan penting dalam pembangunan nasional. Peranan pendidikan dalam pembangunan nasional yang titik sentralnya adalah kegiatan pembelajaran.

Gagne ( Hasibuan,J.J; 1986:19) menjelaskan bahwa:

Jalan pengajaran yang kondusif adala kondisi belajar mengajar yang menyenangkan bagi anak didik, kegairahan belajar anak didik terkuak sebagai implementasi dari luapan motivasinya. Anak didik giat belajar, tidak ada diam, sesuai dengan harapan guru. Apa yang guru perintahkan tidak mendapat bantahan dari anak didik. Namun mereka menuntut aturan pengajaran yang guru buat.

Guru merupakan salah satu unsur di bidang kependidikan harus berperan secara aktif dan menempatkan kedudukannya sebagai tenaga professional, sesuai dengan tuntutan masyarakat yang semakin berkembang. Dalam arti khusus dapat dikatakan bahwa setiap guru itu terletak tanggung jawab untuk membawa para siswanya pada suatu kedewasaan atau taraf kematangan tertentu. Berkaitan dengan ini maka sebenarnya guru memiliki peranan yang unik dan sangat kompleks didalam proses belajar mengajar, dalam usahanya untuk mengantarkan siswa ke taraf yang dicita-citakan. Oleh karena itu setiap rencana kegiatan guru harus didudukkan dan dibenarkan semata-mata kepentingan anak didik, sesuai dengan profesi dan tanggung jawabnya.

Proses penyelenggaraan pendidikan sebagai usaha membantu anak mencapai kedawasaan masing-masing harus diselenggarakan dalam satu kesatuan cara berbuat yang diorganisir, sehingga antara usaha yang satu dengan usaha yang lain saling berhubungan dan saling menunjang, dan salah satu diantaranya adalah penerapan tata tertib di sekolah sebagai aspek penunjang dalam proses belajar mengajar.

Banyak sekali praktisi pendidikan percaya bahwa disiplin adalah jalan keluar dari semua masalah perilaku di sekolah dan dikelas. Padahal masalahnya bukan pada disiplin. “saya hanya beusaha mendisiplinkan siswa saya”, pernyataan adalah jawaban yang paling sering kita dengar saat seorang guru ditanya mengapa melakukan kekerasan pada siswanya sendiri.

Saat merencanakan pembelajaran dikelas semua guru berusaha keras membuat rencana pengajaran yang kreatif dan menantang siswa. Namun apa yang guru lakukan bila mendapati siswa nya berbuat sesuatu yang mengganggu jalannya kelas. Apabila guru hanya berpikir mengatasinya dengan cara mendisiplinkan siswa maka hal-hal yang berbau ‘menghukum’ akan terjadi.

Dengan demikian terlihat sekali hubungan antara menghukum dan mendisiplinkan siswa. Untuk kasus siswa yang mengganggu jalannya kelas banyak hal yang guru akan lakukan. Dari membentak sampai melakukan tindakan yang bersifat hukuman fisik. Hukuman fisik inilah yang terkadang menjerumuskan guru menuju tindakan kekerasan kepada siswa.

Hal yang guru lakukan diatas seperti seseorang yang membuka usaha restoran. Ada banyak karyawan yang bekerja di restoran itu kemudian apabila sebuah masalah terjadi, dengan cepat karyawan yang melakukan kesalahan dipecat. Padahal yang menjadi masalah adalah cara pemilik restoran mengelola restorannya. Pemilik restoran tidak pernah mengajarkan prosedur cara menerima pelanggan, berlaku ramah pada pelanggan, merapikan dapur, membersihkan meja hidangan, sampai memasak dengan baik. Hal ini dikarenakan pemilik restoran berpikir yang penting restorannya menyajikan makanan yang enak dan lezat.

Dikelas dalam sebuah proses belajar mengajar guru juga sering melakukan kekeliruan yang sama. Guru merasa sudah berbuat cukup untuk kelas nya ketika telah merencanakan pembelajaran lewat rencana pengajaran. Guru tidak pernah membekali siswanya dikelas dengan prosedur-prosedur yang sebenarnya membantu tugasnya sebagai guru. Prosedur yang dimaksud antara lain: Cara siswa memperhatikan ketika sedang ada yang berbicara, Masuk ke dalam kelas, Menyerahkan tugas ketika selesai mengerjakan, Apa yang harus dilakukan bila telah selesai mengerjakan tugas duluan, Mendiamkan siswa, Mengajukan pertanyaan, Meminta bantuan, Bekerja dengan bekerja sama, Bergerak didalam kelas, Pergi ke ruangan lain misalnya perpustakaan, Dan lain-lain.

Disiplin tidak lagi merupakan suatu yang datang dari luar yang memberikan keterbatasan tertentu, akan tetapi telah merupakan aturan yang datang dari dalam dirinya sebagai suatu hal yang wajar dilakukan dalam kehidupan sehari-hari. Disiplin diri sendiri hanya akan tumbuh dalam satu suasana dimana diantara guru dan para siswa terjalin sifat persahabatan yang berakar pada dasar saling menghormati dan saling percaya mempercayai. Siswa dalam proses belajar mengajar dapat dianggap sebagai seorang individu dalam suatu masyarakat kecil yaitu sekolah. Mereka baru tahu hak-haknya sebagai bagian dari kesatuan masyarakat disamping mereka juga harus tahu kewajibannya dan keharusan menghormati hak-hak orang lain yaitu teman-teman sekelasnya. Siswa harus sadar bahwa kalau mereka mengganggu temannya yang sedang belajar tidak melaksanakan kewajiban sebagai anggota masyarakat kelas dan tidak menghormati siswa untuk mendapatkan manfaat yang sebesar-besarnya dari kegiatan belajar mengajar.

Pembiasaan yang baik di sekolah dalam bentuk tata tertib sekolah yang disetujui dan diterima bersama oleh sekolah dan siswa dengan penuh kesadaran akan membawa siswa kearah siasat yang lebih menguntungkan. Dengan demikian dalam proses belajar mengajar senantiasa dibutuhkan situasi dan kondisi yang aman, tertib, sehingga siswa dapat belajar dengan baik dan tenang dan pada akhirnya berhubungan positif dengan peningkatan prestasi belajar siswa, salah satu asumsi pokok dalam pendidikan bahwa disiplin belajar berkorelasi positif dengan tinggi rendahnya hasil belajar siswa di sekolah.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, maka dapat dirumuskan masalah pokok sebagai berikut:

“Bagaimana strategi guru mendisiplinkan siswa dalam proses belajar mengajar di SMP.Negeri 22 Kota Makassar”.

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui strategi yang dilakukan guru untuk mendisiplinkan siswa dalam proses belajar mengajar.

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat / konstribusi dalam bentuk:

a. Manfaat Teoritis

1. Bagi perguruan tinggi, khususnya pada Jurusan Kurikulum dan Taknologi Pendidikan merupakan bahan referensi dan bahan komparasi bagi mahasiswa yang berminat melakukan pengkajian dan penulisan yang relevan.

2. Bagi peneliti, menjadi pengalaman yang sangat berharga sehingga menjadi bekal dan acuan dalam penulisan karya-karya selanjutnya.

b. Manfaat Praktis

Memberikan keutuhan pemikiran dengan upaya-upaya pembinaan siswa dalam rangka pencapaian tujuan pendidikan di sekolah. Serta memberikan alternative pemecahan baik teoritis maupun praktis menyangkut masalah disiplin belajar siswa, sehingga siswa tersebut dapat meningkatkan hasil belajarnya.

E. Sistematika penelitian

Sistematika penulisan skripsi yang direncanakan terdiri atas 5 bab:

Bab I Pendahuluan, yang terdiri atas latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan.

Bab II Kajian Pustaka Dan Kerangka Pikir

Bab III Metode Penelitian, yang terdiri dari pendekatan dan jenis penelitian, fokus penelitian, deskripsi lokasi penelitian, unit analisis, tekhnik pengumpulan data, analisis dan validasi data.

Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan.

Bab V Kesimpulan dan Saran.

BAB II

KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

A. Kajian Pustaka

1. Konsep Strategi

Mengikuti modus opini istilah strategi dalam bahasa yunani disebut strategos. Kembali ke dalam bahasa Indonesia strategos berarti jendral atau perwira tinggi. Memang hal tersebut, membingungkan dari ketidak konsistenan. Akan tetapi, tak peduli perwira tinggi maupun strategos. Strategi tidak lain kata yang merupakan lambang pengertian yang dimiliki seseorang dan arbitrer. Adalah sah seseorang menyebut strategi dengan sebutan nasi. Permasalahannya terletak dalam kebiasaan umum atau dengan kata lain jika tidak umum maka sukar pengertian yang dirujuk lambang sampai pada penerima lambang tepat sama dengan pengertian pemberi lambang.

Strategi adalah ilmu dan seni menggunakan kemampuan bersama sumber daya dan lingkungan secara efektif yang terbaik. Terdapat empat unsur penting dalam pengertian strategi, yaitu: kemampuan, sumber daya, lingkungan, dan tujuan. Empat unsur tersebut, sedemikian rupa disatukan secara rasional dan indah sehingga muncul beberapa alternatif pilihan yang kemudian dievaluasi dan diambil yang terbaik. Lantas hasilnya dirumuskan secara tersurat sebagai pedoman taktik yang selanjutnya turun pada tindakan operasional. Rumusan strategi paling tidak mesti memberikan informasi apa yang akan dilakukan, mengapa dilakukan demikian, siapa yang bertanggung jawab dan mengoperasionalkan, berapa besar biaya dan lama waktu pelaksanaan, hasil apa yang akan diperoleh. Akhirnya tidak terlupa keberadaan strategi pun harus konsisten dengan lingkungan, mempunyai alternatif strategi, fokus keunggulan dan menyeluruh, mempertimbangkan kehadiran risiko, serta dilengkapi tanggung jawab sosial. Singkatnya strategi yang ditetapkan tidak boleh mengabaikan tujuan, kemampuan, sumber daya, dan lingkungan. Pengabaian terhadap kualitas maupun kuantitas salah satunya memastikan dan membuka keberadaan titik serang kompetitor.

2. Pengertian Disiplin

Dalam arti luas kedisiplinan adalah cermin kehidupan masyarakat bangsa. Maknanya, dari gambaran tingkat kedisiplinan suatu bangsa akan dapat dibayangkan seberapa tingkatantinggi rendahnya budaya bangsa yang dimilikinya. Sementara itu cerminan kediplinan mudah terlihat pada tempat-tempat umum, lebih khusus lagi pada sekolah-sekolah dimana banyaknya pelanggaran tata tertib sekolah yang dilakukan oleh siswa-siswa yang kurang disiplin.

Menurut Johar Permana, Nursisto (1986:14), Disiplin adalah suatu kondisi yang tercipta dan terbentuk melalui proses dan serangkaian perilaku yang menunjukkan nilai-nilai ketaatan, kepatuhan, kesetiaan, keteraturan dan atau ketertiban.

3. Disiplin Siswa di Sekolah

Dalam kehidupan sehari-hari sering kita dengar orang mengatakan bahwa si X adalah orang yang memiliki disiplin yang tinggi, sedangkan si Y orang yang kurang disiplin. Sebutan orang yang memiliki disiplin tinggi biasanya tertuju kepada orang yang selalu hadir tepat waktu, taat terhadap aturan, berperilaku sesuai dengan norma-norma yang berlaku, dan sejenisnya. Sebaliknya, sebutan orang yang kurang disiplin biasanya ditujukan kepada orang yang kurang atau tidak dapat menaati peraturan dan ketentuan berlaku, baik yang bersumber dari masyarakat (konvensi-informal), pemerintah atau peraturan yang ditetapkan oleh suatu lembaga tertentu (organisasional-formal).

Seorang siswa dalam mengikuti kegiatan belajar di sekolah tidak akan lepas dari berbagai peraturan dan tata tertib yang diberlakukan di sekolahnya, dan setiap siswa dituntut untuk dapat berperilaku sesuai dengan aturan dan tata tertib yang berlaku di sekolahnya. Kepatuhan dan ketaatan siswa terhadap berbagai aturan dan tata tertib yang yang berlaku di sekolahnya itu biasa disebut disiplin siswa. Sedangkan peraturan, tata tertib, dan berbagai ketentuan lainnya yang berupaya mengatur perilaku siswa disebut disiplin sekolah. Disiplin sekolah adalah usaha sekolah untuk memelihara perilaku siswa agar tidak menyimpang dan dapat mendorong siswa untuk berperilaku sesuai dengan norma, peraturan dan tata tertib yang berlaku di sekolah. Menurut Wikipedia (1993:115) bahwa disiplin sekolah “refers to students complying with a code of behavior often known as the school rules”. Yang dimaksud dengan aturan sekolah (school rule) tersebut, seperti aturan tentang standar berpakaian (standards of clothing), ketepatan waktu, perilaku sosial dan etika belajar/kerja. Pengertian disiplin sekolah kadangkala diterapkan pula untuk memberikan hukuman (sanksi) sebagai konsekuensi dari pelanggaran terhadap aturan, meski kadangkala menjadi kontroversi dalam menerapkan metode pendisiplinannya, sehingga terjebak dalam bentuk kesalahan perlakuan fisik (physical maltreatment) dan kesalahan perlakuan psikologis (psychological maltreatment), sebagaimana diungkapkan oleh Irwin A. Hyman dan Pamela A. Snock dalam bukunya “Dangerous School” (1999).

Berkenaan dengan tujuan disiplin sekolah, Maman Rachman (1999:83) mengemukakan bahwa tujuan disiplin sekolah adalah :

(1) memberi dukungan bagi terciptanya perilaku yang tidak menyimpang, (2) mendorong siswa melakukan yang baik dan benar, (3) membantu siswa memahami dan menyesuaikan diri dengan tuntutan lingkungannya dan menjauhi melakukan hal-hal yang dilarang oleh sekolah, dan (4) siswa belajar hidup dengan kebiasaan-kebiasaan yang baik dan bermanfaat baginya serta lingkungannya.

Sementara itu, dengan mengutip pemikiran Moles, Joan Gaustad (1992:24) mengemukakan:

School discipline has two main goals: (1) ensure the safety of staff and students, and (2) create an environment conducive to learning”. Sedangkan Wendy Schwartz (2001) menyebutkan bahwa “the goals of discipline, once the need for it is determined, should be to help students accept personal responsibility for their actions, understand why a behavior change is necessary, and commit themselves to change.

Hal senada dikemukakan oleh Wikipedia (1993:119) bahwa tujuan disiplin sekolah adalah untuk menciptakan keamanan dan lingkungan belajar yang nyaman terutama di kelas. Di dalam kelas, jika seorang guru tidak mampu menerapkan disiplin dengan baik maka siswa mungkin menjadi kurang termotivasi dan memperoleh penekanan tertentu, dan suasana belajar menjadi kurang kondusif untuk mencapai prestasi belajar siswa.

Keith Devis mengatakan, “Discipline is management action to enforce organization standarts” dan oleh karena itu perlu dikembangkan disiplin preventif dan korektif. Disiplin preventif, yakni upaya menggerakkan siswa mengikuti dan mematuhi peraturan yang berlaku. Dengan hal itu pula, siswa berdisiplin dan dapat memelihara dirinya terhadap peraturan yang ada. Disiplin korektif, yakni upaya mengarahkan siswa untuk tetap mematuhi peraturan. Bagi yang melanggar diberi sanksi untuk memberi pelajaran dan memperbaiki dirinya sehingga memelihara dan mengikuti aturan yang ada.

Membicarakan tentang disiplin sekolah tidak bisa dilepaskan dengan persoalan perilaku negatif siswa. Perilaku negatif yang terjadi di kalangan siswa remaja pada akhir-akhir ini tampaknya sudah sangat mengkhawarirkan, seperti: kehidupan sex bebas, keterlibatan dalam narkoba, gang motor dan berbagai tindakan yang menjurus ke arah kriminal lainnya, yang tidak hanya dapat merugikan diri sendiri, tetapi juga merugikan masyarakat umum. Di lingkungan internal sekolah pun pelanggaran terhadap berbagai aturan dan tata tertib sekolah masih sering ditemukan yang merentang dari pelanggaran tingkat ringan sampai dengan pelanggaran tingkat tinggi, seperti : kasus bolos, perkelahian, nyontek,perampasan, pencurian dan bentuk-bentuk penyimpangan perilaku lainnya. Tentu saja, semua itu membutuhkan upaya pencegahan dan penanggulangganya, dan di sinilah arti penting disiplin sekolah. Perilaku siswa terbentuk dan dipengaruhi oleh berbagai faktor, antara lain faktor lingkungan, keluarga dan sekolah. Tidak dapat dipungkiri bahwa sekolah merupakan salah satu faktor dominan dalam membentuk dan mempengaruhi perilaku siswa. Di sekolah seorang siswa berinteraksi dengan para guru yang mendidik dan mengajarnya. Sikap, teladan, perbuatan dan perkataan para guru yang dilihat dan didengar serta dianggap baik oleh siswa dapat meresap masuk begitu dalam ke dalam hati sanubarinya dan dampaknya kadang-kadang melebihi pengaruh dari orang tuanya di rumah. Sikap dan perilaku yang ditampilkan guru tersebut pada dasarnya merupakan bagian dari upaya pendisiplinan siswa di sekolah.

Brown dan Brown (1973;115)mengelompokkan beberapa penyebab perilaku siswa yang indisiplin, sebagai berikut :

1. Perilaku tidak disiplin bisa disebabkan oleh guru

2. Perilaku tidak disiplin bisa disebabkan oleh sekolah; kondisi sekolah yang kurang menyenangkan, kurang teratur, dan lain-lain dapat menyebabkan perilaku yang kurang atau tidak disiplin.

3. Perilaku tidak disiplin bisa disebabkan oleh siswa , siswa yang berasal dari keluarga yang broken home.

4. Perilaku tidak disiplin bisa disebabkan oleh kurikulum, kurikulum yang tidak terlalu kaku, tidak atau kurang fleksibel, terlalu dipaksakan dan lain-lain bisa menimbulkan perilaku yang tidak disiplin, dalam proses belajar mengajar pada khususnya dan dalam proses pendidikan pada umumnya.

Sehubungan dengan permasalahan di atas, seorang guru harus mampu menumbuhkan disiplin dalam diri siswa, terutama disiplin diri. Dalam kaitan ini, guru harus mampu melakukan hal-hal sebagai berikut :

  1. Membantu siswa mengembangkan pola perilaku untuk dirinya; setiap siswa berasal dari latar belakang yang berbeda, mempunyai karakteristik yang berbeda dan kemampuan yang berbeda pula, dalam kaitan ini guru harus mampu melayani berbagai perbedaan tersebut agar setiap siswa dapat menemukan jati dirinya dan mengembangkan dirinya secara optimal.
  2. Membantu siswa meningkatkan standar prilakunya karena siswa berasal dari berbagai latar belakang yang berbeda, jelas mereka akan memiliki standard prilaku tinggi, bahkan ada yang mempunyai standard prilaku yang sangat rendah. Hal tersebut harus dapat diantisipasi oleh setiap guru dan berusaha meningkatkannya, baik dalam proses belajar mengajar maupun dalam pergaulan pada umumnya.
  3. Menggunakan pelaksanaan aturan sebagai alat; di setiap sekolah terdapat aturan-aturan umum. Baik aturan-aturan khusus maupun aturan umum. Perturan-peraturan tersebut harus dijunjung tinggi dan dilaksanakan dengan sebaik-baiknya, agar tidak terjadi pelanggaran-pelanggaran yang mendorong perilaku negatif atau tidak disiplin.

Selanjutnya, Brown dan Brown (1973;122) mengemukakan pula tentang pentingnya disiplin dalam proses pendidikan dan pembelajaran untuk mengajarkan hal-hal sebagai berikut :

1. Rasa hormat terhadap otoritas/ kewenangan; disiplin akan menyadarkan setiap siswa tentang kedudukannya, baik di kelas maupun di luar kelas, misalnya kedudukannya sebagai siswa yang harus hormat terhadap guru dan kepala sekolah.

2. Upaya untuk menanamkan kerja sama; disiplin dalam proses belajar mengajar dapat dijadikan sebagai upaya untuk menanamkan kerjasama, baik antara siswa, siswa dengan guru, maupun siswa dengan lingkungannya.

3. Kebutuhan untuk berorganisasi; disiplin dapat dijadikan sebagai upaya untuk menanamkan dalam diri setiap siswa mengenai kebutuhan berorganisasi.

4. Rasa hormat terhadap orang lain; dengan ada dan dijunjung tingginya disiplin dalam proses belajar mengajar, setiap siswa akan tahu dan memahami tentang hak dan kewajibannya, serta akan menghormati dan menghargai hak dan kewajiban orang lain.

5. Kebutuhan untuk melakukan hal yang tidak menyenangkan; dalam kehidupan selalu dijumpai hal yang menyenangkan dan yang tidak menyenangkan. Melalui disiplin siswa dipersiapkan untuk mampu menghadapi hal-hal yang kurang atau tidak menyenangkan dalam kehidupan pada umumnya dan dalam proses belajar mengajar pada khususnya.

6. memperkenalkan contoh perilaku tidak disiplin; dengan memberikan contoh perilaku yang tidak disiplin diharapkan siswa dapat menghindarinya atau dapat membedakan mana perilaku disiplin dan yang tidak disiplin.

Sementara itu, Reisman dan Payne (E. Mulyasa, 2003:15) mengemukakan strategi umum merancang disiplin siswa, yaitu : (1) konsep diri; untuk menumbuhkan konsep diri siswa sehingga siswa dapat berperilaku disiplin, guru disarankan untuk bersikap empatik, menerima, hangat dan terbuka; (2) keterampilan berkomunikasi; guru terampil berkomunikasi yang efektif sehingga mampu menerima perasaan dan mendorong kepatuhan siswa; (3) konsekuensi-konsekuensi logis dan alami; guru disarankan dapat menunjukkan secara tepat perilaku yang salah, sehingga membantu siswa dalam mengatasinya; dan memanfaatkan akibat-akibat logis dan alami dari perilaku yang salah; (4) klarifikasi nilai; guru membantu siswa dalam menjawab pertanyaannya sendiri tentang nilai-nilai dan membentuk sistem nilainya sendiri; (5) analisis transaksional; guru disarankan guru belajar sebagai orang dewasa terutama ketika berhadapan dengan siswa yang menghadapi masalah; (6) terapi realitas; sekolah harus berupaya mengurangi kegagalan dan meningkatkan keterlibatan. Guru perlu bersikap positif dan bertanggung jawab; dan (7) disiplin yang terintegrasi; metode ini menekankan pengendalian penuh oleh guru untuk mengembangkan dan mempertahankan peraturan; (8 ) modifikasi perilaku; perilaku salah disebabkan oleh lingkungan. Oleh karena itu, dalam pembelajaran perlu diciptakan lingkungan yang kondusif; (9) tantangan bagi disiplin; guru diharapkan cekatan, sangat terorganisasi, dan dalam pengendalian yang tegas.

Pendekatan ini mengasumsikan bahwa peserta didik akan menghadapi berbagai keterbatasan pada hari-hari pertama di sekolah, dan guru perlu membiarkan mereka untuk mengetahui siapa yang berada dalam posisi sebagai pemimpin.

4. Disiplin Dalam Kelas

Sasaran objek kajian tentang disiplin dalam proses belajar mengajar adalah penerapan “tata tertib”. Maka secara etimologis kedua ungkapan itu berarti “tata tertib kepatuhan”. Poerwadarminta (1985:231) menyatakan “Disiplin ialah latihan hati dan watak dengan maksud supaya segala perbuatannya selalu mentaati tata tertib”. Sedangkan tata berarti aturan, karena disiplin timbul dari kebutuhan untuk mengadakan keseimbangan antara apa yang dilakukan oleh individu dan apa yang diinginkan dari orang lain sampai batas-batas tertentu dan memenuhi tuntutan orang lain dari dirinya sesuai dengan kemampuan yang dimiliknya dan tuntutan dari perkembangan yang luas.

Selanjutnya Hamalik (1988:5) mengemukakan definisi disiplin sebagai berikut :

Disiplin mencakup setiap macam hubungan yang ditujukan untuk membantu siswa agar dia dapat memahami dan menyesuaikan diri dengan tuntutan lingkungannya dan jjuga tentang cara menyelesaikan tuntutan yang mungkin ingin ditujukan dengan lingkungannya.

Disiplin adalah suatu bentuk tingkah laku di mana seseorang menaati suatu peratutran dan kebiasaan-kebiasaan sesuai dengan waktu dan tempatnya. Dan ini hanya dapat dicapai dengan latihan dan percobaan-percobaan yang berulang-ulang disertai dengan kesungguhan pribadi siswa itu sendiri.

Jadi disiplin belajar adalah suatu perbuatan dan kegiatan belajar yang dilaksanakan sesuai dengan aturan yang telah ditentukan sebelumnya. Kedisiplinan belajar sebagai suatu keharusan yang harus ditaati oleh setiap person dalam suatu organisasi, dengan sendirinya memiliki aktifitas yang bernilai tambah. Unsur pokok dalam disiplin belajar siswa adalah tertib kearah siasat. Pembiasaan dengan disiplin di sekolah akan mempunyai hubungan yang positif bagi kehidupan siswa dimasa yang akan dating. Pada mulanya disiplin dirasakan sebagai suatu aturan yang menekan kebebasan siswa, tetapi bila aturan ini dirasakan sebagai sesuatu yang seharusnya dipatuhi secara sadar untuk kebaikan diri sendiri dan kebaikan bersama, maka lama kelamaan menjadi kebiasaan yang baik menuju kearah disiplin diri sendiri.

5. Hakikat Guru

Dalam arti khusus dapat dikatakan bahwa pada setiap diri guru terletak tanggung jawab untuk membawa siswanya kearah kedewasaan atau taraf kematangan tertentu. Dalam rangka itu guru tidak semata-mata sebagai “pendidik” yang transfer of knowledge, tapi juga seorang “pendidik” yang transfer of values dan sekaligus sebagai “pembimbing” yang memberikan pengarahan dan menuntun siswa dalam belajar. Berkaitan dengan ini maka sebenarnya guru memiliki peranan yang unik dan sangat kompleks di dalam proses belajar mengajar, dalam usahanya mengantarkan siswa ketaraf yang dicita-citakan. Oleh karena itu setiap rencana kegiatan guru harus dapat didudukkan dan dibenarkan semata-mata demi kepentingan anak didik, sesuai dengan profesi dan tanggung jawabnya.

Tenaga edukatif professional yang dapat memberikan pelayanan optimal kepada siswa demi masa depan siswa itu sendiri dan peningkatan mutu generasi muda bangsa, hingga saat ini masih dirasakan amat sulit dan sukar dipecahkan masalahnya. Ini disebabkan oleh karena fungsi lembaga pendidikan sangat kopmpleks, melaksanakan tugas pendidikan dan pengajaran, penelitian dan pengabdian masyarakat.

Beberapa peran dan fungsi dari seorang guru:

1. Guru sebagai manager.

Guru mengelola lingkungan pembelajaran secara keseluruhan. Kegiatan ini melibatkan siswa sebagai individu dan sebagai kelompok, program pembelajaran, lingkungan dan sumber-sumber pembelajaran

2. Guru sebagai observer

Kemampuan guru untuk meneliti secara cermat peserta didik, tindakan mereka, reaksi dan interaksi mereka.

3. Guru sebagai diagnostician

Mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan dari tiap peserta didik termasuk merencanakan program bagi peserta didik

4. Guru sebagai educator

Kegiatan ini melibatkan pembuatan tujuan dan sasaran sekolah, sifat dan isi dari kurikulum dan program pembelajaran

5. Guru sebagai organizer

Kemampuan guru untuk mengorganisir program pembelajaran

6. Guru sebagai decision-maker

Memilih bahan/ materi pembelajaran yang sesuai, memutuskan topik dan proyek yang akan dilaksanakan serta membuat program pribadi

7. Guru sebagai presenter

Guru sebagai pembuka, narator, penanya, penjelas dan peneliti dari setiap diskusi.

8. Guru sebagai communicator

Kemampuan guru untuk berkomunikasi dengan peserta didik maupun rekan kerja.

9. Guru sebagai mediator

Guru berfungsi sebagai mediator anatara peserta didik/ kelas dan masalah-masalah yang timbul.

10. Guru sebagai motivator

Guru memberikan motivasi kepada peserta didik

11. Guru sebagai counsellor

Guru sebagai konselor bagi siswa dibidang pendidikan, personal, sosial dan emosional.

12. Guru sebagai evaluator

Guru mengevaluasi, menilai, mencatat kemampuan, pencapaian dan kemajuan siswa.

6. Proses Belajar Mengajar

Proses belajar mangajar merupakan proses yang berfungsi membimbing para peserta didik didalam kehidupan, yakni membimbing, memperkembangkan diri sesuai dengan tugas perkembangan yang harus dijalankan oleh para siswa itu. Tugas perkembangan itu akan mencakup kebutuhan hidup baik individu maupun sebagai masyarakat dan juga sebagai makhluk ciptaan tuhan. Dengan demikian, ditinjau secara luas manusia yang hidup dan berkembang itu adalah manusia yang selalu berubah dan perubahan itu merupakan hasil dari belajar. Hanya perlu diketahui bahwa tidak semua hasil belajar itu berlangsung secara sadar dan terarah, bahkan ada kecenderungan bahwa perubahan-perubahan yang tidak disadari dan tidak direncanakan itu lebih banyak yang memberi kemungkinan perubahan tingkah laku yang berada diluar titik tujuan. Oleh karena itu kemungkinan-kemungkinan itu perlu diarahkan, dan didisain. Setidak-tidaknya sebagian dari kehidupan itu perlu dibimbing secara sistematis.

B. Kerangka Pikir

Dalam proses belajar mengajar agar membuahkan hasil sebagaimana diharapkan, maka kedua belah pihak baik siswa maupun guru perlu memiliki sikap, kemampuan dan keterampilan yang mendukung proses belajar mengajar itu untuk mencapai tujuan tertentu. Kondisi objek guru yang mampu mendisiplinkan siswa dalam proses belajar mengajar dapat digambarkan dalam skema sebagai berikut:




Skema. Kerangka Pikir

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan Dan Jenis Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif, yaitu prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif yang bisa berupa kata-kata yang tertulis atau lisan dari informan. Penggunaan pendekatan kualitatif didasarkan atas pertimbangan bahwa pendekatan ini menyajikan secara langsung hubungan antara peneliti dengan informan dalam kegiatan observasi yang dilakukan secara langsung.

Jenis penelitian ini adalah dekriptif, yaitu penelitian yang mengkaji secara kualitatif tentang strategi guru mendisiplinkan siswa dalam proses pembelajaran pada SMP.Neg.22 Kota Makassar, oleh karena itu pembahasannya menggambarkan objek penelitian melalui kegiatan tekhnik observasi dan wawancara.

B. Fokus Penelitian

Fokus penelitian ini adalah “gambaran strategi guru menmdisiplinkan siswa dalam proses pembelajaran pada SMP Negeri 22 kota Makassar” batasan fokus penelitian ini tentang bagaimana gambaran pelaksanaan guru dalam mendisiplinkan siswa di kelas.

C. Deskripsi Lokasi Penelitan

Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 22 Kota Makassar yang berlokasi di Ujung Pandang Baru tepatnya jalan Ir. Juanda, bentuk sekolah dengan ukuran persegi panjang dengan model kelas berjejer antara kelas yang satu dengan kelas yang lain. SMP Negeri 22 Kota Makassar dipimpin oleh seorang Kepala Sekolah dengan seorang Wakil Kepala Sekolah dengan jumlah guru sebanyak 36 orang, pegawai sebanyak 9 orang,

Proses pemilihan lokasi penelitian ini senantiasa memperhatikan kondisi objektif dan ketersediaan data yang diteliti, dimana SMP Negeri 22 Kota Makassar sebagai salah satu lembaga pendidikan formal pada pendidikan menengah pertama yang telah mengemban amanah menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas. Salah satu alternatif penting yang diteliti adalah tingkat keberhasilan guru mendisiplinkan siswa dalam proses belajar mengajar. Sasaran utama pada peneltian adalah siswa yang menanggapi secara objektif kondisi dalam proses belajar mengajar dengan membagikan sejumlah pernyataan tertulis, yang mengandung indikator tentang kemampuan guru mendisiplinkan siswa.

D. Unit Analisis

Kegiatan penelitian ini dilksanakan di SMP Negeri 22 Kota Makassar dilakukan dengan unit analisis yaitu Strategi guru mendisiplinkan siswa dalam proses pembelajaran pada kelas VII semester I dan siswa kelas VIIA sebagai obyek penelitian.

E. Tekhnik Pengumpulan Data

Dalam suatu penelitian hal yang sangat penting untuk menentukan kualitas keabsahan dari hasil penelitian adalah ditentukan dari tekhnik pengumpulan data maka dalam penelitian ini akan digunakan tekhnik pengumpulan data antara lain sebagai berikut;

  1. Tekhnik Observasi

Bertujuan untuk mengadakan pengamatan secara langsung pada obyek yang diteliti sehingga dari hasil pengamatan tersebut dapat ditarik suatu kesimpulan yang dapat menjadi hasil dari penelitian serta untuk mengetahui bagaimana gambaran strategi guru mendisiplinkan siswa.

  1. Tekhnik Wawancara

Wawancara merupakan tekhnik pendukung dalam pengumpulan data penelitian yang dimaksudkan untuk memperoleh informasi secara lisan baik dari guru bersangkutan maupun dari siswa yang diteliti.

  1. Tekhnik Dokumentasi

Kegiatan dokumentasi dimaksudkan untuk memperoleh data tertulis tentang gambaran umum yang berkaitan dengan kajian deskriptif mengenai strategi guru mendisplinkan siswa dalam proses pembelajaran pada SMP Negeri 22 Kota Makassar.

F. Analisis dan Validitas Data

Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif, sehingga data yang terungkap melalui observasi, wawancara, angket serta dokumentasi dianalisis dengan menggunakan tekhnik kualitatif guna mendeskripsikan hasil penelitian. Jadi, hasil analisis penelitian dipaparkan secara kualitatif sehingga diharapkan dapat menjelaskan tentang fenomena yang dikaji, yaitu strategi guru mendisiplinkan siswa dalam proses pembelajaran. Kendala-kendala apakah yang dihadapi dalam pelaksanaan strategi guru tersebut dan upaya mengatasinya.

Data yang diperoleh dalam suatu penelitan harus mempunyai tingkat kepercayaan yang diasumsikan memiliki nilai ilmiah. Moleong (2002:173) mengemukakan empat criteria dalam menetukan keabsahan data, yaitu: “derajat kepercayaan, keteralihan, ketergantungan, dan kepastian”.tekhnik pengecekan keabsahan data dan penelitian tentang strategi guru mendisiplinkan siswa dalam proses pembelajaran, diuraikan sebagai berikut;

Derajat Kepercayaan

Kebenaran hasil penelitian mengungkapkan kenyataan atau fakta sehingga datanya dipercaya bilaman mempunyai derajat kepercayaan. Agar data penelitian ini mempunyai derajat kepercayaan, maka dilakukan pemeriksaan data dengan keikut sertaan dan ketekunan pengamatan, pengecekan informasi dari informan, dan trianggulasi dengan membandingkan data hasil wawancara dengan guru dengan observasi dan dokumentasi yang memungkinkan data hasil penelitian dapat akurat dan lengkap sehingga memiliki derajat kepercayaan yang tinggi karena adanya perbandingan sumber data dan informasi yang berbeda dengan fokus permasalah yang sama. Jadi diharapkan hasil penelitian mengenai strategi guru mendisiplinkan siswa dalam proses pembelajaran pada SMP Negeri 22 Kota Makassar.

Keteralihan

Hasil penelitian akan disajikan secermat mungkin yang menggambarkan konteks penelitian secara proporsional dan mengacu kepada fokus yang dikaji. Hal ini akan memungkinkan masalah penelitian dapat diungkapkan karena difokuskan pada strategi guru mendisiplinkan siswa dalam proses pembelajaran.

Ketergantungan dan Kepastian

Guna memeriksa ketergantungan dan kepastian data, maka dilakukan pelacakan atau penelusuran terhadap kebenaran proses dan hasil penelitian. Untuk itu,penelitian dilakukan melalui keiukutsertaan peneliti yang dialkukan secara langsung baik dalam kegiatan wawancara, observasi, angket maupun dalam pengumpulan data melalui observasi.

Analisis data dilaksanakan dengan metode deskriptif kualitatif yaitu untuk mendeskripsikan hasil observasi, wawancara dan dokumentasi tentang gambaran pelaksanaan strategi guru mendisiplinkan siswa dalam proses pembelajaran pada SMP Negeri 22 Kota Makassar.

Data yang diperoleh dalam suatu penelitian harus mempunyai tingkat kepercayaan yang diasumsikan memiliki nilai ilmiah, demikian pula halnya dengan penelitian yang mengkaji deskripsi strategi guru mendisiplankan siswa dalam proses pembelajaran yang datanya diperoleh dari hasil observasi, wawancara dan dokumentasi.

Burhan B (2001:129), menyatakan bahwa:

Untuk mendeskripsikan informasi fenomena lapangan yang sesuai atau berhubungan sangat dekat dengan pandang subyek penelitian yang diistilahkan dengan Verismulitude. Gambaran peristiwa atau subyek yang diamati mempertimbangkan derajat koherensi internal, masuk akal, dan berhubungan dengan peristiwa faktual dan realistik, fenomena lapangan harus bebas dari interprestasi subyektif penelitian.

Pada langkah ini keautentikan data sangat ditekankan. Adapun data yang diperoleh dengan trianggulasi yakni: peneliti menggunakan berbagai tehnik pengumpulan data (wawancara mendalam tak berstruktur, pengamatan dan dokumentasi) dari berbagai sumber (orang, waktu, dan tempat) yang berbeda”

Dalam penelitian ini trianggulasi (waktu, penelliti dan sumber) merupakan tekhnik pengecekan keabsahan data. Pengecekan keabsahan data didasarkan pada kriteria derajad kepercayaan (Creability) dengan tehnik trianggulasi, ketekunan pengamatan, pengecekan teman sejawat. Trianggulasi merupakan tehknik pengecekan keabsahan data yang didasarkan pada suatu diluar data, untuk keperluan mengecek atau sebagai pembanding terhadap data yang ada.

Ketekunan pengamatan dilakukan dengan tehknik melakukan pengamatan yang telah ditelitih, rinci, dan terus menerus selama proses pembelajaran kontekstual berlangsung yang diikuti dengan kegiatan wawancara, secara intensif terhadap subyek agar data yang dihasilkan terhindar dari hal-hal yang tidak diinginkan. Pengecekan observasi dilakukan dalam bentuk diskusi mengenai proses dan hasil penelitian dengan harapan umtuk memperoleh masukan baik dari segi metodologi maupun pelaksanaan tindakan.

G. Jadwal Pelaksanaan Penelitian

Untuk kelancaran pelaksanaan penelitian, maka peneliti menetapkan rincian jadwal penelitian sebagai berikut:

  1. Penyusunan proposal penelitian 2 Minggu
  2. Pengurusan seminar 1 Minggu
  3. Pengurusan izin penelitian 1 Minggu
  4. Pengumpulan data 2 Minggu
  5. Pengolahan data 1 Minggu
  6. Penyusunan skripsi 2 Minggu

DAFTAR PUSTAKA

Abimanyu,S dan Samad,S. (Eds) 2003. Pedoman Penulisan Skripsi. Makassar, Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Makassar

Hasibuan, j.j. dan Moedjiono.1986. Proses Belajar Mengajar. CV.Remaja Karya: Bandung

Moh.Uzer Usman.1991. Menjadi Guru Professional. PT.Remaja Ro SMP akarya: Bandung

Moh.Nasir.1985. Methode Penelitian. Ghalia Indonesia: Jakarta

Muhammad Ali.1982. Guru Dalam Proses Belajar Mengajar. Bina Baru: Bandung

Nana Sudjana. 1984. Metode Penelitian Ilmiah. Jemmars: Bandung

Nana Sudjana.1989. Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar. Sinar Baru: Bandung

Oemar Hamalik.1989. Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar. Sinar Baru: Bandung

Poerwadarminta Wjs.1984.Kamus Umum Bahasa Indonesia. Bina Aksara: Jakarta

Prasetia Irawan.1996.Teori Belajar, Motivasi, dan Keterampilan Mengajar. Pusat Antar Universitas: Jakarta

Raka Joni.1984.Strategi Belajar Mengajar Suatu Tinjauan Pengantar.P2LPTK Dirjen Dikti: Jakarta

Roestiyah, NK. 1991. Strategi Belajar Mengajar. Rineka cipta: Jakarta

Soejono.1985.Metodologi Statistik. Yayasan Penerbit Fakultas Psikologi Ugm: Yogyakarta

Suharsimi, Arikunto.1992.Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Rineka Cipta: Yogyakarta

bye bye

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More